BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Batuan adalah singkapan
dasar benua yang berasal dari hasil pelapukan bahan organik melalui proses
biologis maupun kimiawi. Kompleks batuan dasar di Kalimantan Selatan (termasuk
pegunungan Schwaner) mewakili singkapan dasar benua terbesar di Indonesia.
Batuan dasar adalah batuan di dasar lapisan stratigrafi yang umumnya lebih tua
dari batuan di atasnya. Batuan ini biasanya mengalami metamorfosis bila terkena
panas. Hasil metamorfosis batuan ini yang khas adalah batuan pualam yang
berasal dari batu kapur; batu sekis hijau yang berasal dari batuan vulkanik,
batu geneis yang berasal dari batu pasir atau granit.
Wilayah propinsi
Kalimantan Selatan luasnya kurang lebih 3.753.051 ha, dan memiliki garis pantai
yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda di setiap daerah. Adapun luas
wilayah Kalimantan Selatan menurut kelas ketinggian yang dibagi menjadi 6 kelas
ketinggian menunjukkan wilayah Kalimantan Selatan sebagian besar berada pada
kelas ketinggian 25-100 m di atas permukaan laut yakni 31,29% Wilayah
kalimantan Selatan keberadaanya dibelah oleh pegunungan Meratus yang membujur
arah utara-selatan, bentuk Geologi wilayah Kalimantan Selatan sebagian besar berupa
Aluvium Muda dan Formasi Berai.
Pada daerah pesisir pantai
bagian selatan Kalimantan Selatan terutama di bagian pesisir pantai Angsana,
sebagian tanah singkapannya terdiri dari jenis batuan dan terdapat karakterstik
pantai yang sangat berubah-ubah sesuai dengan perubahan musim yang terjadi.
Kondisi pantai Angsana terdiri dari hamparan pasir, muara sungai, tanjung yang
terdapat singkapan batuan serta aktivitas pertambangann sehingga wilayah
perairan pantai Angsan merupakan arus pelayaran kapal pengangkut batubara (atau
yang disebut dengan Tongkang) yang tidak menutup kemungkinan terjadi pencemaran
hasil aktivitas tersebut yang menyebabkan wilayah pantai Angsana menjadi
terjadi. Dengan demikian untuk mengembangkan mata kuliah Geologi Laut maka
mahasiswa Ilmu Kelautan melakukan praktek lapang di wilayah tersebut.
1.2
Tujuan dan Kegunaan
Adapun
tujuan dan kegunaan praktek lapang yang dilaksanakan
di Pantai Angsana Kabupaten Kotabaru :
-
Dapat
mengenal jenis-jenis batuan yang terdapat di sepanjang garis pantai Angsana.
-
Mengetahui
struktur batuan yang tersingkap di sepanjang garis pantai Angsana.
Adapun kegunaan
dari praktek lapang ini adalah :
-
Mahasiswa
dapat memahami langsung bagaimana mengaplikasikan materi yang didapat selama
perkuliahan secara langsung di lapangan.
-
Mengubah
pola pikir mahasiswa untuk terjun langsung ke lapangan.
1.3
Ruang
Lingkup Praktek
Ruang lingkup praktek lapang di perairan Pantai Angsana adalah
sebagai berikut :
1.3.1
Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup praktek lapang kali ini
adalah mencakup lokasi perairan pesisir dan laut Desa Angsana Kecamatan Angsana
Kabupaten Tanah Bumbu dimana di sekitar tempat tersebut merupakan wilayah
pariwisata serta terdapat aktivitas pertambangan di bagian darat.
1.3.1. Ruang Lingkup Materi
Praktek lapang ini menitik beratkan pada materi pengenalan jenis batuan dan
pengamatan struktur batuan tersingkap.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.4
Pengertian Geologi
Secara
estimologi geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Geo yang artinya Bumi dan
Logos yang artinya ilmu, jadi Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi
(Anonim,2012). Menurut Holmes dalam Saragih (2012) menyatakan bahwa geologi
merupakan ilmu ppengetahuan yang menguraikan tentang evolusi bumi secara
menyeluruh beserta penghuninnya. Secara menyeluruh beserta penghuninya, sejak
awal pembentukannya hingga sekarang, yang dapat dikenali dapat batuan. Secara
umum Geologi adalah ilmu yang mempelajari planet bumu termasuk komposisi
keterbentukannya dan sejarahnya.
Geologi adalah
ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang masa sekarang atau masa yang lampau
dari bentuk-bentuk morfologi, struktur bumi, lingkuungan dan kehidupan fosil
yang terdapat pada batuan. Bidang utama yang dipelajari adalah semua jenis
batuan, tanah dan air dalam tanah batuan yang bermanfaat untuk pencarian
bahan-bahan tambang minyak dan gas, endapan mineral maupun dapat sebagai
konsultan bidang geologi teknik. Ahli geologi dapat mengungkapkan fenomena alam
tentang bencana gempa bumi dan tsunami, gunung meletus, banjir, gerakan tanah
dll (Sukartono, 2010).
Menurut
Hadiwidoyo (1976) bahwa ilmu geologi adalah pengetahuan alam yang mempelajari
litosfer (Lithos : batu, phere : lapisan) dan gejala-gejalanya, semula ilmu
geologi ditempatan sebagai ilmu murni bagian dari lmu pengetahuan alam yang
bersifat deskriptif klasik yaitu pengetahuan yang mempelajari atau menyelidiki
lapisan-lapisan batuan yang ada dalam kerak bumi dan menuliskan sejarah
perkembangannya. Menjelang akhir abad ke-20 bidang geologi mengalami
perkembangan yang pesat, geologi dari ilmu murni lambat laun berubah menjadi
salah satu disiplin yang digunakan manusia masa kini secara intensif dalam
upaya mengubah lingkungan alam demi untuk kehidupannya yang layak.
2.2. Manfaat Mempelajari Geologi Laut
Cakupan dari
ilmu geologi sangat luas seperti yang tersebut dalam definisinya, yaitu
mempelajari bumi seutuhnya. Sehingga untuk memudahkan dalam mempelajari bumi,
maka ilmu geologi dapat dipecah menjadi beberapa cabang ilmu geologi semakin
bertambah seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi (Anonim, 2009).
Dari apa yang
telah diuraikan diatas, dapat diketahui beberapa kepentingan dalam mempelajari
ilmu geologi. Di bawah ini beberapa kepentingan tersebut :
·
Ilmu geologi dapat membantu untuk mengetahui dan memahami awal terjadi dan
struktur dari bumi sebagai planet khususnya daratan dan lautan yang menyusun
kerak bumi.
·
Ilmu geologi dapat membantu menjelaskan karakteritik dan babbling alam yang
sangat bervariasi dan bagaimana bentang dan yang sangat berbeda ini dapat
terbentuk dan dimanfaatkan oleh manusia.
·
Pengetahuan geologi sangat membantu untuk mengetahui dimana mineral dan
batuan berharga dapat dijumpai.
·
Keberadaan material bangunan sangat tergantung pada kondisi geologi suatu
daerah. Pengetahuan geologi sangat membantu para ahli bangunan untuk
mendapatkan material bahan bangunan.
·
Ilmu geologi sangat penting dalam hubungannya dengan sumber daya air,
karena keberadaan air sangat tergantung juga pada jenis atau macam batuannya.
·
Pengetahuan geologi sangat membantu untuk memprediksikan atau meramalkan
kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana alam seperti longsoran, aktivitas
gunungapi dan sebaginya (Anonim, 2009).
2.3. Kelerengan Pantai
Pada
garis besra perairan Indonesia dapat dibagi menjadi duan yakni perairan dangkal
berupa paparan, dan perairan laut dalam. Paparan (shelf) adalah zona di laut
terhitung mulai garis surut terendah hingga pada kedalaman sekitar 120 – 200 m,
yang kemudian biasanya disusul dengan lereng yang lebih ke arah laut dalam. Ada
dua paparan yang luas di Indonesia yakni paparan Sunda di sebelah barat dan
paparan Arafura-Sahul di sebelah timur. Di antara keduanya terdapat laut dalam
dengan topografi yang kompleks. Misalnya ada depresi atau cekungan yang luas di
dasar laut, dan kurang lebih berbentuk bulat atau lonjong, disebut basin. Ada
pula depresi yang dalam dan bentuknya memanjang yang disebut ppalung. Palung
yang sempit dengan sisi yang curam dsebut “trench” dan yang agak melebar dengan
sisi yang lebih landai adalah trough” (Nontji, 2007”.
2.4. Jenis-jenis Batuan
Berdasarkan
kejadiannya atau cara terbentuknya atau genesanya menjadi 3 kelompok utama:
1. Batuan beku, batuan yang terbentuk dari
pembekuan magma
2. Batuan sedimen, batuan yang terbentuk dari
hasil rombakkan batuan yang telah ada sebelumnya
3. Batuan metamorf, batuan yang terbentuk akibat
adanya pengaruh tekanan, panas atau keduanya yang sangat tinggi (Nurdin 2009).
Batuan umumnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi
mineral dan kimia, dengan tekstur partikel unsur dan oleh proses yang mereka.
Ciri – ciri ini mengklasifikasikan batuan menjadi beku, sedimen, dan metamorf. Mereka
lebih diklasifikasikan berdasarkan ukuran partikel yang membentuk mereka.
Transformasi dari satu jenis batuan yang lain digambarkan oleh model geologi (Pettijohn 1987).
Pengkelasan
ini dibuat dengan berdasarkan:
1. Kandungan mineral yaitu jenis-jenis mineral yang terdapat
di dalam batu ini.
2. Tekstur batu, yaitu ukuran dan bentuk hablur-hablur
mineral di dalam batu
3. Struktur batu, yaitu susunan hablur mineral di dalam
batu.
4. Proses pembentukan (Anonim 2012).
2.4.1. Batuan Beku
Batuan beku
merupakan batuan yang terbentuk dari hasil pendinginan dan kristalisasi magma
di dalam maupun di permukaan bumi. Secara umum, mineral-mineral penyusun batuan
beku dapat digambarkan oleh bowen reaction series (Nurdin 2009).
Berdasarkan
tempat terbentuknya, batuan beku dapat dibagi menjadi 2, yaitu batuan plutonis
dan batuan vulkanis :
a. Batuan beku plutonis
Batuan beku
plutonis adalah batuan yang proses terbentuknya jauh di dalam bumi (15 – 50 km). Batuan ini
terbentuk dari pendinginan yang berjalan sangat lambat. Oleh karena itu,
batuan ini mempunyai kristal yang sempurna (holokristalin).
Ciri-ciri batuan plutonis:
-
Pada umumnya berbutir kasar
-
Jarang memperlihatkan struktur vesikuler (lubang gas)
b. Batuan beku vulkanis
Merupakan
batuan yang terbentuk di permukaan bumi. Ciri-ciri batuan vulkanis:
-
Berbutir halus dan sering terdapat kaca
-
Memperlihatkan struktur vesikuler (Nurdin 2009).
2.4.1. Batuan Sedimen
Batuan sedimen
adalah batuan yang terbentuk dari hasil pengendapan (sedimentasi), hasil erosi
atau batuan yang terjadi dari akumulasi mineral dari hasil perombakan batuan
yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktifitas kimia maupun organisme yang
diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumiyang kemudian mengalami
pembatuan (litifikasi) dan diagenesa (Nurdin 2009).
Proses
pembentukan sedimen menjadi batuan sedimen disebut diagenesis. Adapun
proses-proses yang terjadi dalam diaganesis, antara lain:
a. Kompaksi, yaitu pembentukan akibat beban
akumulasi sedimen atau material lain yang menyebabkan hubungan antar butir
lebih lekat, air dalam pori-pori antar butir keluar menjadi kompak atau padat,
volumenya berubah, dan porositasnya menjadi berkurang.
b. Sementasi, yaitu proses keluarnya air
pori-pori yang mengendapkan material terlarut (CaCO3, SiO2,
Fe2O3, oxida atau mineral lempung) menyemen
butiran-butiran sedimen mengakibatkan porositas sedimen menjadi lebih
kecil dari material semula.
c. Rekristalisasi, dimana mineral-mineral kurang
stabil (aragonit) saat sedimen terakumulasi mengkristal kembali
menjadi stabil (kalsit).
d. Pelarutan, terjadi karena ada tekanan yang
berasal dari sedimen yang adadi atasnya sehingga menimbulkan panas dan akhirnya
terjadi pelarutan.
e. Autijenesis, pembentukan mineral baru.
f. Penggantian (replacement).
g. Bioturbasi, yaitu penghancuran lapisan
sedimen, bisa menjadi lempung dan mempunyai porositas yang tinggi.
Batuan sedimen
dibagi menjadi 2 (dua) jenis berdasarkan cara terbentuknya batuan tersebut, yaitu :
a. Batuan sedimen klastik, yaitu batuan sedimen
yang terbentuk dengan proses mekanis (disintegrasi menjadi fragmen yang lebih
kecil); pelapukan;
kimiawi; erosi; transportasi oleh air,angin, dan es; sedimentasi (pengendapan),
dan diagenesis.
b.
Batuan sedimen non-klastik, yaitu batuan sedimen yang terbentuk karena adanya
ubahan tidak secara mekanis bisa karena terjadi perubahank imiawinya atau
karena pengaruh makhluk hidup (Nurdin 2009).
Pengelompokkan
yang sederhana dalam batuan sedimen adalah dua kelompok besar, yaitu:
a. Batuan Sedimen Klastik
Terdiri dari
material-material pecahan atau hancuran batuan atau mineral yang sudah ada
sebelumnya. (fragmen-pecahan besar dan matriks-pecahan kecil). Terbentuk
sebagai akibat kompaksi dari material batuan beku, batuan sedimen lain,
dan batuan malihan, dengan ukuran butir beragam. Karena pembentukan
tersebut diakibatkan oleh angin, air, atau es, maka disebut juga batuan sedimen
mekanik (mechanical sediment). Contoh : breksi, rudaceous, arkose, greywacky,
batupasir, batulempung, batu serpih, argillaceous, arenaseous, konglomerat, tilit
(tillite, konglomerat/breksi yang terendapkan oleh es), batu lanau dan
sebagainya (Nurdin 2009).
b. Batuan Sedimen Non Klastik
Batuan sedimen
yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari hasil
kegiatan organisme. Reaksi yang dimaksud adalah kristalisasi
langsung atau reaksi
organik (penggaraman unsur – unsur laut, pertumbuhan kristal dari agregat kristal yang terpresipitasi
dan replacement).Ciri khas tekstur nonklastikadanya kristal-kristal yang saling
menjari, tidak ada ruang berpori-pori antarbutir, dan umumnya mono mineralik. Kristal-kristal
dalam batuan sedimen non klastik dapat berbentuk serabut, lembaran atau
butiran (Nurdin 2009).
c. Batuan Sedimen Kimiawi
Sedimen kimiawi
adalah sedimen yang pembentukannya dari pengendapan mineral yang terlarut dalam air.
-
Batuan Sedimen Evaporit
Batuan yang
mineral penyusunnya yang bersifat mono mineral, yangdikenal sebagai mineral garam.
Batuan evaporit biasanya terdapat dalam keadaan murni dan berlapis-lapis. Contohnya
batuan evaporit yang utama:batuan gip, batuan anhidrit dan batu garam (halit).
-
Batuan Sedimen Silika
Batuan yang
termasuk ke dalam golongan ini adalah batuan yang bersifat mono mineral, dan
banyak serta langka terdapat sebagai batuan, seperti rijang (chert)
- Batuan Sedimen Organik
Batuan sedimen organik
berasal dari akumulasi flora dan fauna yang telah mati, misalnya :
1) Batu gamping, cangkang, terumbu
2) Radiolaria (dari radiolarian laut dalam)
3) Diatomea (dari tumbuhan)
4) Batu bara (dari mangrove)
5) Hidrokarbon dan gas (dari foraminifera)
-
Batuan Karbonat
Batuan karbonat
adalah batuan yang terdiri dari material karbonat yangt erdiri dari
butiran dan matrik sebanyak 75% tanpa semen. Contohnya adalah limestone dan
dolostone. Tekstur dari batuan ini tidak sama dengan batuan lainnya (mono
mineral) (Nurdin 2009).
Terdapat tiga
jenis proses pengubahan yang menyebabkan sedimenkarbonat berubah menjadi batuan
karbonat. Ketiga proses ini adalah :
1) Litifikasi sedimen karbonat
2) Pengkristalan kalsium karbonat yang semula
dalam keadaan membatu
3) Penggantian materi-materi lain oleh kalsium
karbonat
Komponen utama
batuan karbonat terdiri dari 6 komponen, yaitu:
1) Butiran (the allochemical component)
-
non skeletal : ooids (<2mm), pisoids, coated grains (inti : fosil), intraclasts,
extraclasts
-
skeletal components : fosil
2) Lumpur karbonat
-
matriks diantara butiran; material alogenik (lumpur karbonat)
maupunautigenik (mikrokristalin)
-
mikrit (mikrokristalin ukuran < 5 µm); mikrospar (5-15 µm)
3) Komponen Terigen : non karbonat (kuarsa,
felspar, dll)
4) Semen Kalsit Spar : mengisi antara butiran /
rongga; lebih kasar dari mikrit
5) Mineral Autigenik : dolomit, kuarsa, glaukonit
6) Rongga : semua celah/tempat yang dapat diisi
oleh air, hidrokarbon,maupun udara.
2.5.1.
Batuan Metamorf
Batuan metamorf
merupakan batuan yang telah mengalami perubahan akibattekanan dan atau suhu
yang tinggi (T>2000°C dan P>300Mpa) yang terjadi secara isokimia
yang menghasilkan batuan dengan mineralogi yang berbeda. Proses
pembentukkan batuan metamorf disebut metamorfisme Metamorfisme sendiri dapat dibagi menjadi 4, diantaranya:
-
Metamorfisme kataklastik (jarang terjadi), deformasi mekanik pada metamofisme
thd. batuan regas menghasilkan hancuran tidak terjadi rekstalisasi bila
berlanjut fragmen menjadi lonjong biasanya terjadi akibat sesar yang akan
menghasilkan breksiasi atau milonitisasi.
-
Metamorfisme Kontak, akibat kenaikan suhu (intrusi magma), terjadi rekristalisasi kimia disekitar intrusi, metamorfisme aureol
-
Metamorfisme beban (burial), akibat tertimbun sangat dalam, suhu
3000°C,kelompok mineral zeolit.
- Metamorfisme regional, pada kerak benua,
sangat luas yang merupakan rangkaian seri fasies dynamo-termal.
Klasifikasi
yang paling sering digunakan adalah berdasarkan keadaan foliasi yang
berkembang, dengan komposisi mineral berperan sebagai tambahan. Berdasarkan
foliasi, batuan metamorf dibedakan menjadi tiga, yaitu batuan yang:
a. Berfoliasi sangat kuat, yaitu yang mudah pecah
melalui bidang foliasi,biasanya karena melimpahnya Mika yang terorientasi. Batuannya
adalah:
1) Slate (batu sabak). Bersifat afanitik, mempunyai kilap
suram padabidang foliasi. Berkomposisi utama mineral lempung. Batu sabak tampak merah
bila mengandung banyak kematite, hijau bila klorit,dan
umumnya abu-abu sampai hitam bila banyak grafit.
2) Phyllite (Fillit). Bersifat afanitik, berbutir lebih kasar
daripada batusabak dan bidang foliasinya mengkilat karena Mika atau Klorityang
sudah lebih banyak daripada batusabak. Batuan ini merupakanperalihan dari
batusabak ke batusekis.
3) Schist (Skis). Bersifat fanerik, banyak mengandung mineral pipih
yang terorientasi seperti: Mika, Klorit, Talk, Grafit.
b. Berfoliasi lemah, yaitu yang berfoliasi tetapi
tidak mudah/tidak dapat pecah melalui bidang foliasi. Orientasi mineral-mineral
pipih berselingan dengan mineral-mineral yang tidak pipih yang
berbutir sama besar.Butirannya antara lain: Gneiss (Gneis), bersifat fanerik,
berbutir sedang sampai kasar. Komposisi yang utama: Kuarsa,
Feldspar, Mika, dan kadang-kadang Hornblende.
c. Berfoliasi sangat lemah sampai nonf oliasi: batuan
didominasi olehmineral-mineral berbentuk kubus, mineral – mineral pipih
bila ada orientasinya
acak. Batuan ada yang granular atau berlineasi. Batuannya antara lain:
1) Quartzite (Kuarsit). Komposisinya yang sangat utama adalah Kuarsa,bila
pecah tak rata dan tidak mengelilingi butiran, non foliasi.
2) Marble (Marmer). Berkomposisi utama Kalsit, warna abu-abu (biasanya)
karena Grafit (bereaksi positif dengan HCl).
3) Hornfels. Bersifat afanitik sampai fanerik halus, berkomposisi
Kuarsa, Feldspar, Mika (diketahui dari pengamatan lapangan).
4) Granofels. Bersifat fanerik kasar, nonfoliasi, berkomposisi Kuarsa
dan Feldspar (yang
berbentuk kubus).
5) Granulite. Bersifat fanerik kasar, nonfoliasi, berkomposisi
Piroksindan Garnet di samping Kuarsa dan Feldspar.
6) Serpentinite. Nonfoliasi sampai lineasi, berwarna hijau, hijau sampai kuning pucat.
Komposisi utamanya Serpentin (Nurdin 2009).
BAB III
METODOLOGI
1.5
Waktu Dan Tempat
Praktik lapang dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 12 Mei sampai dengan hari Senin tanggal 14 Mei 2012. Bertempat di Pantai Angsana, desa Angsana, Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah
Bumbu.
Gambar 1. Peta lokasi praktek lapang di Pantai Angsana.
1.6
Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang
digunakan dalam pengambilan data yaitu :
-
Palu
geologi, untuk membantu mengambil sampel batuan.
-
Kantong
sampel,
untuk memasukkan sampel batuan.
-
Sepatu
boat, sebagai perangkat keamanan.
-
Pisau,
untuk memotong.
-
Alat-alat
tulis
1.7
Prosedur Pengambilan Data
Lokasi pengambilan
data-data batuan yang berada di Pantai Angsana adalah di setiap garis pantai di
daerah tersebut. Adapun prosedur yang dilakukan pada saat pengambilan data di
lapangan yaitu:
-
Mempersiapkan
semua fasilitas (baik alat, bahan maupun perangkat keamanan) yang dipergunakan untuk
pengambilan data batuan.
-
Mengamati
dam mendokumentasikan jenis batuan yang ada di sepanjang garis pantai Pantai
Angsana.
-
Melakukan
pengambilan sampel batuan di sepanjang garis pantai.
Prosedur kerja
yang dilakukan setelah pengambilan data di lapangan adalah sebagai berikut :
-
Mengindentifikasi
sampel batuan yang telah diperoleh di lapangan.
-
Mengklasifikasikannya
berdasarkan jenis batuannya.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
1.8
Penyajian
Data – data Batuan di Pantai Angsana
Adapun
data yang diperoleh dari praktek lapang Geologi Laut di Pantai Angsana adalah
sebagai berikut.
Tabel 2. Data – data jenis batuan
No
|
Kelompok
batuan
|
Jenis
batuan
|
Keterangan
|
1
|
Batuan
sedimen
|
Batu
bara (Paleogen)
|
Wilayah
garis pantai di Pantai Angsana
|
Batu
lempung
|
|||
2
|
Batuan
beku
|
Batu
Basalt
|
Berdasarkan
tabel di atas jenis batuan yang ditemukan di Pantai Angsana adalah batu bara,
batu lempung, dan batu basalt. Berikut deskripsi
dan pembahasan ketiga batuan tersebut.
1.8.1
Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah salah satu dari tiga kelompok utama batuan
(bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis) yang
terbentuk melalui tiga cara utama: pelapukan batuan
lain (clastic); pengendapan (deposition)
karena aktivitas biogenik; dan pengendapan (precipitation) dari larutan. Jenis
batuan umum seperti batu kapur, batu pasir, dan lempung.
1.
Batu Bara Paleogen
Merupakan batu bara yang terbentuk pada
cekungan intranmontain, contohnya yang terdapat di Ombilin, Bayah, Kalimantan
Tenggara serta Sulawesi Selatan.
Gambar 2. Batu Bara (Sumber foto : IKL Unlam 2012)
Klasifikasi
batu bara berdasarkan tingkat pembatubaraan biasanya dimaksudkan untuk
menentukan tujuan pemanfaatannya. Misalnya, batu bara bintuminus banyak
digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik, pada industri baja atau genteng
serta industri semen (batu bara termal atau steam coal). Adapun batu
bara antrasit digunakan untuk proses sintering bijih mineral, proses pembuatan
elektroda listrik, pembakaran batu gamping, dan untuk pembuatan briket tanpa
asap (Raharjo 2006).
Batu
bara yang tebal, biasanya berwarna hitam mengkilat, terkadang cokelat tua.
Bituminous coal mengandung 86% karbon dari beratnya dengan kandungan abu
dan sulfur yang sedikit. Umumnya dipakai untuk PLTU, tapi dalam jumlah besar
juga dipakai untuk pemanas dan aplikasi sumber tenaga dalam industri dengan
membentuknya menjadi kokas-residu karbon berbentuk padat.
2.
Batu Lempung
Batuan Lempung atau tanah liat ialah kata umum
untuk partikel mineral
berkerangka dasar silikat yang
berdiameter kurang
dari 4 mikrometer. Lempung
mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang
halus. Unsur – unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah
unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung
terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan
sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi.
Gambar 3. Batu
Lempung (Sumber foto : IKL Unlam 2012)
Deskripsi dari batuan lempung adalah :
- Warna : cokelat
- Ukuran butir :
medium (0,25 – 1 mm)
- Bentuk butir : subrounded
- Kemas : matriks grain suported
- Pemilahan : well sorted
- Porositas :
baik, namun permeabilitas buruk
- Fragmen : tidak
ada
- Matriks :
mineral lempung.
- Semen : silica
Lempung membentuk gumpalan keras saat kering
dan lengket apabila basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang mendominasinya.
Mineral lempung digolongkan berdasarkan susunan lapisan oksida silikon dan
oksida aluminium yang membentuk kristalnya. Golongan 1:1 memiliki lapisan satu
oksida silikon dan satu oksida aluminium, sementara golongan 2:1 memiliki dua
lapis golongan oksida silikon dan satu lapis oksida aluminium. Mineral lempung
golongan 2:1 memiliki sifat elastis yang kuat, menyusut saat kering dan
membesar saat basah. Karena perilaku inilah beberapa jenis tanah dapat
membentuk kerutan-kerutan atau "pecah-pecah" bila kering.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
1. Jenis
batuan dapat digolongkan menjadi 3 jenis golongan, yaitu batuan beku (igneous rocks), batuan
sedimen (sedimenary rocks).batuan
metamorfosa/malihan (metamorphic rocks)
2. Karakteristik
lingkungan pantai yang ada di Angsana sampai Bunati adalah pantai yang banyak
didapatkan batubara. Dimana struktur depan terdapat lapisan sedimen dan
dilapisi oleh batubara.
3. Dimuara
sungai dapat dilihat bahwa terjadinya sedimentasi atau terjadinya gosong pasir
yang disebabkan oleh angin dari arah tenggara yang membawa partikel-partikel
sedimen yang berasal dari tanjung, selain itu aliran sungai dari arah hulu ke
hilir juga membawa partikel-partikel sedimen.
B.
Saran
Sebaiknya sebelum melakukan praktek lapang mata
kuliah Geologi Laut ini harus menyiapkan referensi
jenis batuan dan mengetahui fungsi dari alat-alat yang
digunakan dalam praktek Geologi agar di lapangan mudah dalam pengambilan data
dan mengidentifikasi jenis batuan yang ada,
Tidak ada komentar:
Posting Komentar