Senin, 10 Desember 2012

Laporan Geologi Laut (IKL 2009)


BAB I
PENDAHULUAN
1.1    Latar Belakang
Batuan adalah singkapan dasar benua yang berasal dari hasil pelapukan bahan organik melalui proses biologis maupun kimiawi. Kompleks batuan dasar di Kalimantan Selatan (termasuk pegunungan Schwaner) mewakili singkapan dasar benua terbesar di Indonesia. Batuan dasar adalah batuan di dasar lapisan stratigrafi yang umumnya lebih tua dari batuan di atasnya. Batuan ini biasanya mengalami metamorfosis bila terkena panas. Hasil metamorfosis batuan ini yang khas adalah batuan pualam yang berasal dari batu kapur; batu sekis hijau yang berasal dari batuan vulkanik, batu geneis yang berasal dari batu pasir atau granit.
Wilayah propinsi Kalimantan Selatan luasnya kurang lebih 3.753.051 ha, dan memiliki garis pantai yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda di setiap daerah. Adapun luas wilayah Kalimantan Selatan menurut kelas ketinggian yang dibagi menjadi 6 kelas ketinggian menunjukkan wilayah Kalimantan Selatan sebagian besar berada pada kelas ketinggian 25-100 m di atas permukaan laut yakni 31,29% Wilayah kalimantan Selatan keberadaanya dibelah oleh pegunungan Meratus yang membujur arah utara-selatan, bentuk Geologi wilayah Kalimantan Selatan sebagian besar berupa Aluvium Muda dan Formasi Berai.
Pada daerah pesisir pantai bagian selatan Kalimantan Selatan terutama di bagian pesisir pantai Angsana, sebagian tanah singkapannya terdiri dari jenis batuan dan terdapat karakterstik pantai yang sangat berubah-ubah sesuai dengan perubahan musim yang terjadi. Kondisi pantai Angsana terdiri dari hamparan pasir, muara sungai, tanjung yang terdapat singkapan batuan serta aktivitas pertambangann sehingga wilayah perairan pantai Angsan merupakan arus pelayaran kapal pengangkut batubara (atau yang disebut dengan Tongkang) yang tidak menutup kemungkinan terjadi pencemaran hasil aktivitas tersebut yang menyebabkan wilayah pantai Angsana menjadi terjadi. Dengan demikian untuk mengembangkan mata kuliah Geologi Laut maka mahasiswa Ilmu Kelautan melakukan praktek lapang di wilayah tersebut.  


1.2    Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan dan kegunaan praktek lapang yang dilaksanakan di Pantai Angsana Kabupaten Kotabaru :
-          Dapat mengenal jenis-jenis batuan yang terdapat di sepanjang garis pantai Angsana.
-          Mengetahui struktur batuan yang tersingkap di sepanjang garis pantai Angsana.
Adapun kegunaan dari praktek lapang ini adalah :
-          Mahasiswa dapat memahami langsung bagaimana mengaplikasikan materi yang didapat selama perkuliahan secara langsung di lapangan.
-          Mengubah pola pikir mahasiswa untuk terjun langsung ke lapangan.

1.3    Ruang Lingkup Praktek
Ruang lingkup praktek lapang di perairan Pantai Angsana adalah sebagai berikut :
1.3.1   Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup praktek lapang kali ini adalah mencakup lokasi perairan pesisir dan laut Desa Angsana Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu dimana di sekitar tempat tersebut merupakan wilayah pariwisata serta terdapat aktivitas pertambangan di bagian darat.
1.3.1. Ruang Lingkup Materi
Praktek lapang ini menitik beratkan pada materi pengenalan jenis batuan dan pengamatan struktur batuan tersingkap.








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.4    Pengertian Geologi
Secara estimologi geologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Geo yang artinya Bumi dan Logos yang artinya ilmu, jadi Geologi adalah ilmu yang mempelajari bumi (Anonim,2012). Menurut Holmes dalam Saragih (2012) menyatakan bahwa geologi merupakan ilmu ppengetahuan yang menguraikan tentang evolusi bumi secara menyeluruh beserta penghuninnya. Secara menyeluruh beserta penghuninya, sejak awal pembentukannya hingga sekarang, yang dapat dikenali dapat batuan. Secara umum Geologi adalah ilmu yang mempelajari planet bumu termasuk komposisi keterbentukannya dan sejarahnya.
Geologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang masa sekarang atau masa yang lampau dari bentuk-bentuk morfologi, struktur bumi, lingkuungan dan kehidupan fosil yang terdapat pada batuan. Bidang utama yang dipelajari adalah semua jenis batuan, tanah dan air dalam tanah batuan yang bermanfaat untuk pencarian bahan-bahan tambang minyak dan gas, endapan mineral maupun dapat sebagai konsultan bidang geologi teknik. Ahli geologi dapat mengungkapkan fenomena alam tentang bencana gempa bumi dan tsunami, gunung meletus, banjir, gerakan tanah dll (Sukartono, 2010).
Menurut Hadiwidoyo (1976) bahwa ilmu geologi adalah pengetahuan alam yang mempelajari litosfer (Lithos : batu, phere : lapisan) dan gejala-gejalanya, semula ilmu geologi ditempatan sebagai ilmu murni bagian dari lmu pengetahuan alam yang bersifat deskriptif klasik yaitu pengetahuan yang mempelajari atau menyelidiki lapisan-lapisan batuan yang ada dalam kerak bumi dan menuliskan sejarah perkembangannya. Menjelang akhir abad ke-20 bidang geologi mengalami perkembangan yang pesat, geologi dari ilmu murni lambat laun berubah menjadi salah satu disiplin yang digunakan manusia masa kini secara intensif dalam upaya mengubah lingkungan alam demi untuk kehidupannya yang layak.



2.2. Manfaat Mempelajari Geologi Laut 

Cakupan dari ilmu geologi sangat luas seperti yang tersebut dalam definisinya, yaitu mempelajari bumi seutuhnya. Sehingga untuk memudahkan dalam mempelajari bumi, maka ilmu geologi dapat dipecah menjadi beberapa cabang ilmu geologi semakin bertambah seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi (Anonim, 2009).
Dari apa yang telah diuraikan diatas, dapat diketahui beberapa kepentingan dalam mempelajari ilmu geologi. Di bawah ini beberapa kepentingan tersebut :
·         Ilmu geologi dapat membantu untuk mengetahui dan memahami awal terjadi dan struktur dari bumi sebagai planet khususnya daratan dan lautan yang menyusun kerak bumi.
·         Ilmu geologi dapat membantu menjelaskan karakteritik dan babbling alam yang sangat bervariasi dan bagaimana bentang dan yang sangat berbeda ini dapat terbentuk dan dimanfaatkan oleh manusia.
·         Pengetahuan geologi sangat membantu untuk mengetahui dimana mineral dan batuan berharga dapat dijumpai.
·         Keberadaan material bangunan sangat tergantung pada kondisi geologi suatu daerah. Pengetahuan geologi sangat membantu para ahli bangunan untuk mendapatkan material bahan bangunan.
·         Ilmu geologi sangat penting dalam hubungannya dengan sumber daya air, karena keberadaan air sangat tergantung juga pada jenis atau macam batuannya.
·         Pengetahuan geologi sangat membantu untuk memprediksikan atau meramalkan kemungkinan-kemungkinan terjadinya bencana alam seperti longsoran, aktivitas gunungapi dan sebaginya (Anonim, 2009).
           


2.3. Kelerengan Pantai
            Pada garis besra perairan Indonesia dapat dibagi menjadi duan yakni perairan dangkal berupa paparan, dan perairan laut dalam. Paparan (shelf) adalah zona di laut terhitung mulai garis surut terendah hingga pada kedalaman sekitar 120 – 200 m, yang kemudian biasanya disusul dengan lereng yang lebih ke arah laut dalam. Ada dua paparan yang luas di Indonesia yakni paparan Sunda di sebelah barat dan paparan Arafura-Sahul di sebelah timur. Di antara keduanya terdapat laut dalam dengan topografi yang kompleks. Misalnya ada depresi atau cekungan yang luas di dasar laut, dan kurang lebih berbentuk bulat atau lonjong, disebut basin. Ada pula depresi yang dalam dan bentuknya memanjang yang disebut ppalung. Palung yang sempit dengan sisi yang curam dsebut “trench” dan yang agak melebar dengan sisi yang lebih landai adalah trough” (Nontji, 2007”.
2.4. Jenis-jenis Batuan
Berdasarkan kejadiannya atau cara terbentuknya atau genesanya menjadi 3 kelompok utama:
1.    Batuan beku, batuan yang terbentuk dari pembekuan magma
2.    Batuan sedimen, batuan yang terbentuk dari hasil rombakkan batuan yang telah ada sebelumnya
3.    Batuan metamorf, batuan yang terbentuk akibat adanya pengaruh tekanan, panas atau keduanya yang sangat tinggi (Nurdin 2009).
Batuan umumnya diklasifikasikan berdasarkan komposisi mineral dan kimia, dengan tekstur partikel unsur dan oleh proses yang mereka. Ciri – ciri ini mengklasifikasikan batuan menjadi beku, sedimen, dan metamorf. Mereka lebih diklasifikasikan berdasarkan ukuran partikel yang membentuk mereka. Transformasi dari satu jenis batuan yang lain digambarkan oleh model geologi (Pettijohn 1987).
Pengkelasan ini dibuat dengan berdasarkan:
1.    Kandungan mineral yaitu jenis-jenis mineral yang terdapat di dalam batu ini.
2.    Tekstur batu, yaitu ukuran dan bentuk hablur-hablur mineral di dalam batu
3.    Struktur batu, yaitu susunan hablur mineral di dalam batu.
4.    Proses pembentukan (Anonim 2012).
2.4.1. Batuan Beku
Batuan beku merupakan batuan yang terbentuk dari hasil pendinginan dan kristalisasi magma di dalam maupun di permukaan bumi. Secara umum, mineral-mineral penyusun batuan beku dapat digambarkan oleh bowen reaction series (Nurdin 2009).
Berdasarkan tempat terbentuknya, batuan beku dapat dibagi menjadi 2, yaitu batuan plutonis dan batuan vulkanis :
a.    Batuan beku plutonis
Batuan beku plutonis adalah batuan yang proses terbentuknya jauh di dalam bumi (15 50 km). Batuan ini terbentuk dari pendinginan yang berjalan sangat lambat. Oleh karena itu, batuan ini mempunyai kristal yang sempurna (holokristalin).
Ciri-ciri batuan plutonis:
-       Pada umumnya berbutir kasar
-       Jarang memperlihatkan struktur vesikuler (lubang gas)
b. Batuan beku vulkanis
Merupakan batuan yang terbentuk di permukaan bumi. Ciri-ciri batuan vulkanis:
-       Berbutir halus dan sering terdapat kaca
-       Memperlihatkan struktur vesikuler (Nurdin 2009).

2.4.1. Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk dari hasil pengendapan (sedimentasi), hasil erosi atau batuan yang terjadi dari akumulasi mineral dari hasil perombakan batuan yang sudah ada sebelumnya atau hasil aktifitas kimia maupun organisme yang diendapkan lapis demi lapis pada permukaan bumiyang kemudian mengalami pembatuan (litifikasi) dan diagenesa (Nurdin 2009).
Proses pembentukan sedimen menjadi batuan sedimen disebut diagenesis. Adapun proses-proses yang terjadi dalam diaganesis, antara lain:
a.    Kompaksi, yaitu pembentukan akibat beban akumulasi sedimen atau material lain yang menyebabkan hubungan antar butir lebih lekat, air dalam pori-pori antar butir keluar menjadi kompak atau padat, volumenya berubah, dan porositasnya menjadi berkurang.
b.    Sementasi, yaitu proses keluarnya air pori-pori yang mengendapkan material terlarut (CaCO3, SiO2, Fe2O3, oxida atau mineral lempung) menyemen butiran-butiran sedimen mengakibatkan porositas sedimen menjadi lebih kecil dari material semula.
c.    Rekristalisasi, dimana mineral-mineral kurang stabil (aragonit) saat sedimen terakumulasi mengkristal kembali menjadi stabil (kalsit).
d.   Pelarutan, terjadi karena ada tekanan yang berasal dari sedimen yang adadi atasnya sehingga menimbulkan panas dan akhirnya terjadi pelarutan.
e.    Autijenesis, pembentukan mineral baru.
f.     Penggantian (replacement).
g.    Bioturbasi, yaitu penghancuran lapisan sedimen, bisa menjadi lempung dan mempunyai porositas yang tinggi.
Batuan sedimen dibagi menjadi 2 (dua) jenis berdasarkan cara terbentuknya batuan tersebut, yaitu :
a.    Batuan sedimen klastik, yaitu batuan sedimen yang terbentuk dengan proses mekanis (disintegrasi menjadi fragmen yang lebih kecil); pelapukan; kimiawi; erosi; transportasi oleh air,angin, dan es; sedimentasi (pengendapan), dan diagenesis.
b.    Batuan sedimen non-klastik, yaitu batuan sedimen yang terbentuk karena adanya ubahan tidak secara mekanis bisa karena terjadi perubahank imiawinya atau karena pengaruh makhluk hidup (Nurdin 2009).
Pengelompokkan yang sederhana dalam batuan sedimen adalah dua kelompok besar, yaitu:
a.    Batuan Sedimen Klastik
Terdiri dari material-material pecahan atau hancuran batuan atau mineral yang sudah ada sebelumnya. (fragmen-pecahan besar dan matriks-pecahan kecil). Terbentuk sebagai akibat kompaksi dari material batuan beku, batuan sedimen lain, dan batuan malihan, dengan ukuran butir beragam. Karena pembentukan tersebut diakibatkan oleh angin, air, atau es, maka disebut juga batuan sedimen mekanik (mechanical sediment). Contoh : breksi, rudaceous, arkose, greywacky, batupasir, batulempung, batu serpih, argillaceous, arenaseous, konglomerat, tilit (tillite, konglomerat/breksi yang terendapkan oleh es), batu lanau dan sebagainya (Nurdin 2009).
b.    Batuan Sedimen Non Klastik
Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari hasil kegiatan organisme. Reaksi yang dimaksud adalah kristalisasi langsung atau reaksi organik (penggaraman unsur unsur laut, pertumbuhan kristal dari agregat kristal yang terpresipitasi dan replacement).Ciri khas tekstur nonklastikadanya kristal-kristal yang saling menjari, tidak ada ruang berpori-pori antarbutir, dan umumnya mono mineralik. Kristal-kristal dalam batuan sedimen non klastik dapat berbentuk serabut, lembaran atau butiran (Nurdin 2009).
c.    Batuan Sedimen Kimiawi
Sedimen kimiawi adalah sedimen yang pembentukannya dari pengendapan mineral yang terlarut dalam air.
-       Batuan Sedimen Evaporit
Batuan yang mineral penyusunnya yang bersifat mono mineral, yangdikenal sebagai mineral garam. Batuan evaporit biasanya terdapat dalam keadaan murni dan berlapis-lapis. Contohnya batuan evaporit yang utama:batuan gip, batuan anhidrit dan batu garam (halit).
-       Batuan Sedimen Silika
Batuan yang termasuk ke dalam golongan ini adalah batuan yang bersifat mono mineral, dan banyak serta langka terdapat sebagai batuan, seperti rijang (chert)
-       Batuan Sedimen Organik
Batuan sedimen organik berasal dari akumulasi flora dan fauna yang telah mati, misalnya :
1)   Batu gamping, cangkang, terumbu
2)   Radiolaria (dari radiolarian laut dalam)
3)   Diatomea (dari tumbuhan)
4)   Batu bara (dari mangrove)
5)   Hidrokarbon dan gas (dari foraminifera)
-       Batuan Karbonat
Batuan karbonat adalah batuan yang terdiri dari material karbonat yangt erdiri dari butiran dan matrik sebanyak 75% tanpa semen. Contohnya adalah limestone dan dolostone. Tekstur dari batuan ini tidak sama dengan batuan lainnya (mono mineral) (Nurdin 2009).
Terdapat tiga jenis proses pengubahan yang menyebabkan sedimenkarbonat berubah menjadi batuan karbonat. Ketiga proses ini adalah :
1)   Litifikasi sedimen karbonat
2)   Pengkristalan kalsium karbonat yang semula dalam keadaan membatu
3)   Penggantian materi-materi lain oleh kalsium karbonat
Komponen utama batuan karbonat terdiri dari 6 komponen, yaitu:
1)   Butiran (the allochemical component)
-        non skeletal : ooids (<2mm), pisoids, coated grains (inti : fosil), intraclasts, extraclasts
-        skeletal components : fosil
2)   Lumpur karbonat
-        matriks diantara butiran; material alogenik (lumpur karbonat) maupunautigenik (mikrokristalin)
-        mikrit (mikrokristalin ukuran < 5 µm); mikrospar (5-15 µm)
3)   Komponen Terigen : non karbonat (kuarsa, felspar, dll)
4)   Semen Kalsit Spar : mengisi antara butiran / rongga; lebih kasar dari mikrit
5)   Mineral Autigenik : dolomit, kuarsa, glaukonit
6)   Rongga : semua celah/tempat yang dapat diisi oleh air, hidrokarbon,maupun udara.

2.5.1. Batuan Metamorf
Batuan metamorf merupakan batuan yang telah mengalami perubahan akibattekanan dan atau suhu yang tinggi (T>2000°C dan P>300Mpa) yang terjadi secara isokimia yang menghasilkan batuan dengan mineralogi yang berbeda. Proses pembentukkan batuan metamorf disebut metamorfisme  Metamorfisme sendiri dapat dibagi menjadi 4, diantaranya:
-       Metamorfisme kataklastik (jarang terjadi), deformasi mekanik pada metamofisme thd. batuan regas menghasilkan hancuran tidak terjadi rekstalisasi bila berlanjut fragmen menjadi lonjong biasanya terjadi akibat sesar yang akan menghasilkan breksiasi atau milonitisasi.
-       Metamorfisme Kontak, akibat kenaikan suhu (intrusi magma), terjadi rekristalisasi kimia disekitar intrusi, metamorfisme aureol
-       Metamorfisme beban (burial), akibat tertimbun sangat dalam, suhu 3000°C,kelompok mineral zeolit.
-       Metamorfisme regional, pada kerak benua, sangat luas yang merupakan rangkaian seri fasies dynamo-termal.
Klasifikasi yang paling sering digunakan adalah berdasarkan keadaan foliasi yang berkembang, dengan komposisi mineral berperan sebagai tambahan. Berdasarkan foliasi, batuan metamorf dibedakan menjadi tiga, yaitu batuan yang:
a.    Berfoliasi sangat kuat, yaitu yang mudah pecah melalui bidang foliasi,biasanya karena melimpahnya Mika yang terorientasi. Batuannya adalah:
1)   Slate (batu sabak). Bersifat afanitik, mempunyai kilap suram padabidang foliasi. Berkomposisi utama mineral lempung. Batu sabak tampak merah bila mengandung banyak kematite, hijau bila klorit,dan umumnya abu-abu sampai hitam bila banyak grafit.
2)   Phyllite (Fillit). Bersifat afanitik, berbutir lebih kasar daripada batusabak dan bidang foliasinya mengkilat karena Mika atau Klorityang sudah lebih banyak daripada batusabak. Batuan ini merupakanperalihan dari batusabak ke batusekis.
3)   Schist (Skis). Bersifat fanerik, banyak mengandung mineral pipih yang terorientasi seperti: Mika, Klorit, Talk, Grafit.
b.    Berfoliasi lemah, yaitu yang berfoliasi tetapi tidak mudah/tidak dapat pecah melalui bidang foliasi. Orientasi mineral-mineral pipih berselingan dengan mineral-mineral yang tidak pipih yang berbutir sama besar.Butirannya antara lain: Gneiss (Gneis), bersifat fanerik, berbutir sedang sampai kasar. Komposisi yang utama: Kuarsa, Feldspar, Mika, dan kadang-kadang Hornblende.
c.    Berfoliasi sangat lemah sampai nonf oliasi: batuan didominasi olehmineral-mineral berbentuk kubus, mineral mineral pipih bila ada orientasinya acak. Batuan ada yang granular atau berlineasi. Batuannya antara lain:
1)   Quartzite (Kuarsit). Komposisinya yang sangat utama adalah Kuarsa,bila pecah tak rata dan tidak mengelilingi butiran, non foliasi.
2)   Marble (Marmer). Berkomposisi utama Kalsit, warna abu-abu (biasanya) karena Grafit (bereaksi positif dengan HCl).
3)   Hornfels. Bersifat afanitik sampai fanerik halus, berkomposisi Kuarsa, Feldspar, Mika (diketahui dari pengamatan lapangan).
4)   Granofels. Bersifat fanerik kasar, nonfoliasi, berkomposisi Kuarsa dan Feldspar (yang berbentuk kubus).
5)   Granulite. Bersifat fanerik kasar, nonfoliasi, berkomposisi Piroksindan Garnet di samping Kuarsa dan Feldspar.
6)   Serpentinite. Nonfoliasi sampai lineasi, berwarna hijau, hijau sampai kuning pucat. Komposisi utamanya Serpentin (Nurdin 2009).




















BAB III
METODOLOGI


1.5    Waktu Dan Tempat
Praktik lapang dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 12 Mei sampai dengan hari Senin  tanggal 14 Mei 2012. Bertempat di Pantai Angsana, desa Angsana, Kecamatan Angsana Kabupaten Tanah Bumbu.
Gambar 1. Peta lokasi praktek lapang di Pantai Angsana.

1.6    Alat dan Bahan
Adapun alat-alat  yang digunakan dalam pengambilan data yaitu :
-          Palu geologi, untuk membantu mengambil sampel batuan.
-          Kantong sampel, untuk memasukkan sampel batuan.
-          Sepatu boat, sebagai perangkat keamanan.
-          Pisau, untuk memotong.
-          Alat-alat tulis



1.7    Prosedur Pengambilan Data
          Lokasi pengambilan data-data batuan yang berada di Pantai Angsana adalah di setiap garis pantai di daerah tersebut. Adapun prosedur yang dilakukan pada saat pengambilan data di lapangan yaitu:
-          Mempersiapkan semua fasilitas (baik alat, bahan maupun perangkat keamanan) yang dipergunakan untuk pengambilan data batuan.
-          Mengamati dam mendokumentasikan jenis batuan yang ada di sepanjang garis pantai Pantai Angsana.
-         Melakukan pengambilan sampel batuan di sepanjang garis pantai.
Prosedur kerja yang dilakukan setelah pengambilan data di lapangan adalah sebagai berikut :
-          Mengindentifikasi sampel batuan yang telah diperoleh di lapangan.
-          Mengklasifikasikannya berdasarkan jenis batuannya.



















BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN


1.8    Penyajian Data – data Batuan di Pantai Angsana
Adapun data yang diperoleh dari praktek lapang Geologi Laut di Pantai Angsana adalah sebagai berikut.
Tabel 2. Data – data jenis batuan
No
Kelompok batuan
Jenis batuan
Keterangan
1
Batuan sedimen
Batu bara (Paleogen)
Wilayah garis pantai di Pantai Angsana
Batu lempung
2
Batuan beku
Batu Basalt

Berdasarkan tabel di atas jenis batuan yang ditemukan di Pantai Angsana adalah batu bara, batu lempung, dan batu basalt.  Berikut deskripsi dan pembahasan ketiga batuan tersebut.
1.8.1   Batuan Sedimen
          Batuan sedimen  adalah salah satu dari tiga kelompok utama batuan (bersama dengan batuan beku dan batuan metamorfosis) yang terbentuk melalui tiga cara utama: pelapukan batuan lain (clastic); pengendapan (deposition) karena aktivitas biogenik; dan pengendapan (precipitation) dari larutan. Jenis batuan umum seperti batu kapur, batu pasir, dan lempung.
1.    Batu Bara Paleogen
Merupakan batu bara yang terbentuk pada cekungan intranmontain, contohnya yang terdapat di Ombilin, Bayah, Kalimantan Tenggara serta Sulawesi Selatan.
Gambar 2.  Batu Bara (Sumber foto : IKL Unlam 2012)
Klasifikasi batu bara berdasarkan tingkat pembatubaraan biasanya dimaksudkan untuk menentukan tujuan pemanfaatannya. Misalnya, batu bara bintuminus banyak digunakan untuk bahan bakar pembangkit listrik, pada industri baja atau genteng serta industri semen (batu bara termal atau steam coal). Adapun batu bara antrasit digunakan untuk proses sintering bijih mineral, proses pembuatan elektroda listrik, pembakaran batu gamping, dan untuk pembuatan briket tanpa asap (Raharjo 2006).
Batu bara yang tebal, biasanya berwarna hitam mengkilat, terkadang cokelat tua. Bituminous coal mengandung  86% karbon dari beratnya dengan kandungan abu dan sulfur yang sedikit. Umumnya dipakai untuk PLTU, tapi dalam jumlah besar juga dipakai untuk pemanas dan aplikasi sumber tenaga dalam industri dengan membentuknya menjadi kokas-residu karbon berbentuk padat.
2.    Batu Lempung
Batuan Lempung atau tanah liat ialah kata umum untuk partikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Lempung mengandung leburan silika dan/atau aluminium yang halus. Unsur – unsur ini, silikon, oksigen, dan aluminum adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi. Lempung terbentuk dari proses pelapukan batuan silika oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi.
Gambar 3. Batu Lempung (Sumber foto : IKL Unlam 2012)
Deskripsi dari batuan lempung adalah :
-       Warna : cokelat
-       Ukuran butir : medium (0,25 – 1 mm)
-       Bentuk butir : subrounded
-       Kemas : matriks grain suported
-       Pemilahan : well sorted
-       Porositas : baik, namun permeabilitas buruk
-       Fragmen : tidak ada
-       Matriks : mineral lempung.
-       Semen : silica
Lempung membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral lempung yang mendominasinya. Mineral lempung digolongkan berdasarkan susunan lapisan oksida silikon dan oksida aluminium yang membentuk kristalnya. Golongan 1:1 memiliki lapisan satu oksida silikon dan satu oksida aluminium, sementara golongan 2:1 memiliki dua lapis golongan oksida silikon dan satu lapis oksida aluminium. Mineral lempung golongan 2:1 memiliki sifat elastis yang kuat, menyusut saat kering dan membesar saat basah. Karena perilaku inilah beberapa jenis tanah dapat membentuk kerutan-kerutan atau "pecah-pecah" bila kering.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.      Kesimpulan
1.      Jenis batuan dapat digolongkan menjadi 3 jenis golongan, yaitu batuan beku (igneous rocks), batuan sedimen (sedimenary rocks).batuan metamorfosa/malihan (metamorphic rocks)
2.      Karakteristik lingkungan pantai yang ada di Angsana sampai Bunati adalah pantai yang banyak didapatkan batubara. Dimana struktur depan terdapat lapisan sedimen dan dilapisi oleh batubara.
3.      Dimuara sungai dapat dilihat bahwa terjadinya sedimentasi atau terjadinya gosong pasir yang disebabkan oleh angin dari arah tenggara yang membawa partikel-partikel sedimen yang berasal dari tanjung, selain itu aliran sungai dari arah hulu ke hilir juga membawa partikel-partikel sedimen.

B.       Saran
Sebaiknya sebelum melakukan praktek lapang mata kuliah Geologi Laut ini harus menyiapkan referensi jenis batuan dan mengetahui fungsi dari alat-alat yang digunakan dalam praktek Geologi agar di lapangan mudah dalam pengambilan data dan mengidentifikasi jenis batuan yang ada,










Tidak ada komentar:

Posting Komentar